1.
Ide cerita/
Topik/ Tema:
“PERSAHABATAN”
2.
Kerangka Cerita:
·
Tema:
“Persahabatan”.
Saya mengangkat tema tersebut, karena saya rasa salah satu
hal yang sangat berharga pada masa sekolah adalah persahabatan, dengan adanya
persahabatan maka hari-hari sekolah akan menjadi lebih berwarna dan bermakna.
·
Watak Tokoh/ Penokohan:
a. Risma,
berwatak mudah marah, tetapi pemaaf,
b. Uras,
berwatak centil, tetapi sabar,
c. Asmi,
berwatak sombong, centil dan ekspresif,
d. Nunah,
berwatak senang bertanya.
·
Tahap - tahap penceritaan
a. Perkenalan:
Ø Tokoh yang
bernama Risma mudah tersinggung, sehingga masalah kecil bisa menjadi besar.
Ø Tokoh yang
bernama Uras, suka membuat janji dan sering sekali tidak menepati janjinya, sehingga sering membuat sahabatnya
menjadi marah.
Ø Tokoh yang
bernama Asmi sombong tetapi
menyenangkan.
Ø Tokoh yang
bernama Nunah baik dan ingin mengetahui segala hal.
b. Pertikaian:
Risma yang kesal terhadap sahabat-sahabatnya, terutama Uras, karena suka
membuat janji untuk belajar bersama tetapi tidak ditepati.
c. Klimaks:
Ketika Risma bertengkar dengan
Uras, yang menyebabkan Risma menjauhi sahabat-sahabatnya.
d. Penyelesaian:
Siwa, Numu dan Isni serta Uras
meminta maaf atas kesalahan yang telah mereka perbuat kepada Risma.
·
Amanat:
Persahabatan yang sebenarnya adalah
ketika kamu bisa tetap bersama, baik dalam suka maupun duka, dan saling
memaafkan bila ada yang berbuat salah.
·
Sinopsis:
Ada sembilan sahabat yang selalu
bersama dalam melakukan segala hal. Suatu hari persahabatan mereka diterpa
masalah mengenai suatu kesalah pahaman, yakni kesalahpahaman antara Uras dan
Risma mengenai suatu janji yang tidak ditepati
Uras, yang mengakibatkan Risma marah dan menjauhi sahabat-sahabatnya
yang lain, hingga pada akhirnya tiga sahabatnya datang meminta maaf dan
akhirnya permintaan maaf mereka diterima oleh Risma, begitu pun dengan
permintaan maaf Uras. Dan akhirnya setelah kejadian ini persahabatan mereka
menjadi lebih kuat dan harmonis.
·
Setting:
Ø Tempat:
Kelas dan kantin.
Ø Suasana:
gembira, kecewa, tegang dan mengharukan.
Ø Waktu: pagi
hari, siang hari dan jam istirahat sekolah.
3. Pengembangan kerangka/
cerita:
“Persahabatan Yang Tulus”
Pagi itu
terlihat seperti hari-hari biasanya, sembilan orang sahabat yang selalu bersama.
Mereka selalu bergembira dan tertawa bersama. Yah, mereka adalah Damu, Isni,
Nunah, Nirah, Siwa, Uras, Asmi, Risma dan Numu, yang sekarang telah duduk
dibangku SMA kelas XII, yang tidak lama lagi akan meninggalkan sekolah mereka
tercinta yakni, SMAN 1 Pinrang.
Pagi-pagi
sekali mereka sudah terlihat stand by di bangku mereka, dengan kabar-kabar yang
mereka bawa dari rumah masing-masing, yang siap mereka ceritakan dengan satu
sama lainnya, yah.. itu adalah kebiasaan mereka di waktu hari-hari free sekolah,
bercerita dan bercengkrama bersama.
“Pagi... people “, sapa Asmi kepada delapan
sahabatnya dengan wajah riang.
“Pagi juga,
ada berita apa sih, sepertinya kamu bahagia sekali hari ini ?” tanya Nunah.
“Iyalah
...siapa sih yang nggak bahagia punya hp baru“, kata Asmi denagan sombongnya.
“Gitu aja kok..
sombong “. Sahut Uras
Memang
begitulah cara mereka bersahabat penuh dengan perbedaan pendapat, konflik dan, tidak jarang mereka saling
bertengkar. Namun, itulah persahabatan, walaupun sering ada perbedaan pendapat
tetapi persahabatan mereka tetap bisa bertahan. Walaupun demikian ternyata ada
saja masalah yang menerpah mereka, seperti ketika Uras dan Risma berselisih
paham.
Waktu itu bel
istirahat sudah berbunyi, dan mereka bersiap-siap keluar kelas.
“Risma, kamu
jadi pergi nggak nanti sore?”
“Emangnya
pergi ke mana?” tanya Risma.
“Yah ...biasa
belajar kelompok“, Kata Uras.
”Bisa ...bisa...
kenapa nggak, tetapi janji yah tidak akan nunda-nunda lagi? “pinta Risma
“Siap”, suhut Uras dengan tegas.
Mereka pun
keluar kelas dan menuju ke kantin, dan tak lama kemudian bel masuk berbunyi,
Uras dan tiga sahabatnya yang lain sudah masuk ke kelas terlebih dahulu dan
duduk di bangku mereka masing-masing, tetapi entah mengapa tiba-tiba Uras menarik
tangan Risma dan membatalkan janji mereka tadi, untuk belajar kelompok.
“Hmm ... aku
minta maaf yah sepertinyah belajar kelompok kita, nanti sore, nggak jadi deh..”
Ucap Uras.
“loh .. kok
nggak jadi sih, barusankan kamu udah janji tidak bakalan nunda-nunda lagi”
jawab Risma dengan nada sedikit keras.
“Iya .. tapi
aku lupa kalau aku punya janji dengan seseorang?” Kata Uras dengan wajah
menyesal.
“ Memangnya dengan
siapa sih, kok kelihatanya penting banget, sampai-sampai janji dengan
sahabatnya sediri di batalin! “ jawab Risma dengan wajah kesal.
“Bukan gitu,
tapi...“ tiba-tiba Riama dengan nada membentak, memotong ucapan Uras.
“Sudah deh
belajar kelompoknya di batalin saja, toh kamu tidak peduli lagi sama kita-kita“.
Risma akhirnya meninggalakan Uras dan kembali
kebangkunya dengan wajah kesal. Tak lama kemudian bel pulang berbunyi, dan
tidak seperti biasanya Risma pulang sendiri tanpa memperdulikan
sahabat-sahabatnya yang lain, terutama Uras.
Keesokan
harinya, ternyata Risma masih saja kesal kepada Uras, dan tidak ingin sama
sekali berbicara dengan Uras, bahkan sahabat-sahabat yang lainnya punterkena
imbasnya, Risma juga tidak ingin berbicara dengan mereka. Yah... maklum,
mungkin dia masih marah dengan sahabat-sahabatnya yang keseringan membuat janji
tetapi tidak di tepati, terutama Uras.
Tiga hari
berlalu, tetapi Risma tetap saja masih belum mau berbicara dengan
sahabat-sahabatnya. Untuk itu, Siwa, Numu, dan Isni mencoba meminta maaf kepada
Risma mengenai kesalahan mereka, dan dengan usaha itu, ternyata cukup berhasil,
Risma mulai cair dan mulai kembali berbicara dengan sahabat-sahabatnya yang
lain. Namun, ternyata hal itu tidak berlaku untuk Uras, dia tetap tidak ingin
bericara dengan sahabatnya itu, bahkan senyum pun tidak lagi terbentuk
diwajahnya ketika berpapasan dengan Uras. Hingga akhirnya uras mulai jenuh
dengan kondisi ini, dan tidak tahan lagi. Untuk itu, ia mencoba meminta maaf
dan menjelaskan kepada Risma, tentang apa yang sebenarnya terjadi, sehingga ia
membatalkan janji itu. Dengan rasa khawatir Uras memberanikan diri meminta maaf
kepada Risma.
“Ris, aku..,
sekali lagi minta maaf yah.. atas kesalahan yang telah aku lakukan”. Pinta
Uras.
“Apaan sih.. toh
kalau aku maafin diulang lagi”, jawab risma dengan tegas.
“Aku janji
tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi, dan untuk itu aku hanya ingin kamu
tahu apa yang sebenarnya memaksaku membatalkan janji kita itu!”, kata Uras
dengan penuh sesal.
“Memangnya
masalah apa, sehingga kamu membatalkan janji itu?”, tanya Risma yang mulai
cair.
“Sebenarnya,
waktu itu aku mendapat telepon dari seseorang yang akan menolong ibuku, yang
sedang terbaring lemas di rumah sakit, karena beberapa hari yang lalu ia baru
saja mengalami kecelakaan, dan harus segera mendapat transfusi darah, dan pada
saat itu hanya orang ini yang yang bisa menolong ibuku, untuk itu aku harus
pergi dengannya ke rumah sakit, jadi dengan terpaksa aku membatalkan janji kita
untuk belajar bersama!”
Tiba-tiba
dengan penuh rasa bersalah air mata Risma bercucuran, mendengar pengakuan dari
sahabatnya, Risma langsung memeluk sahabatnya itu, sembari berbalik meminta
maaf atas sikapnya yang kurang sopan kepada Uras dan sahabat-sahabatnya yang
lain selama beberapa hari belakangan ini. Mereka akhirnya saling meminta maaf
dan berjanji tidak akan bertengkar lagi dengan satu sama lain hanya karena
hal-hal sepele.
Mulai hari itu
persahabatan mereka semakin kuat dan harmonis. Mereka terus menjalani hari-hari
bersama, dan saling tolong menolong jika ada salah satu dari mereka yang
terkena musibah atau di timpah masalah.
Dan mereka
terus berharap mudah-mudahan persahabatan mereka, tidak hanya di putih abu-abu
saja, melainkan dapat berlanjut hingga mereka dewasa, dan bahkan hingga menjadi
tua nantinya.
Kak cerpen ini termasuk alur apa
BalasHapusKak cerpen ini termasuk alur apa
BalasHapusKak cerpen ini termasuk alur apa?
BalasHapusTerima kasih atas bantunnya
BalasHapusGaya bahasa nya apa ka?
BalasHapus