Selasa, 24 November 2015

Persahabatan Yang Tulus

1.      Ide cerita/ Topik/ Tema:
 “PERSAHABATAN”

2.      Kerangka Cerita:
·         Tema: “Persahabatan”.
Saya mengangkat tema tersebut, karena saya rasa salah satu hal yang sangat berharga pada masa sekolah adalah persahabatan, dengan adanya persahabatan maka hari-hari sekolah akan menjadi lebih berwarna dan bermakna.
·         Watak Tokoh/ Penokohan:
a.      Risma, berwatak mudah marah, tetapi pemaaf,
b.      Uras, berwatak centil, tetapi sabar,
c.       Asmi, berwatak  sombong, centil dan ekspresif,
d.      Nunah, berwatak senang bertanya.
·         Tahap - tahap penceritaan
a.      Perkenalan:
Ø  Tokoh yang bernama Risma mudah tersinggung, sehingga masalah kecil bisa menjadi besar.
Ø  Tokoh yang bernama Uras, suka membuat janji dan sering sekali tidak menepati  janjinya, sehingga sering membuat sahabatnya menjadi marah.
Ø  Tokoh yang bernama Asmi sombong tetapi  menyenangkan.
Ø  Tokoh yang bernama Nunah baik dan ingin mengetahui segala hal.
b.      Pertikaian:
Risma yang kesal terhadap sahabat-sahabatnya, terutama Uras, karena suka membuat janji untuk belajar bersama tetapi tidak ditepati.
c.       Klimaks:
Ketika Risma bertengkar dengan Uras, yang menyebabkan Risma menjauhi sahabat-sahabatnya.
d.      Penyelesaian:
Siwa, Numu dan Isni serta Uras meminta maaf atas kesalahan yang telah mereka perbuat kepada Risma.
·         Amanat:
Persahabatan yang sebenarnya adalah ketika kamu bisa tetap bersama, baik dalam suka maupun duka, dan saling memaafkan bila ada yang berbuat salah.
·         Sinopsis:
Ada sembilan sahabat yang selalu bersama dalam melakukan segala hal. Suatu hari persahabatan mereka diterpa masalah mengenai suatu kesalah pahaman, yakni kesalahpahaman antara Uras dan Risma mengenai suatu janji yang tidak ditepati  Uras, yang mengakibatkan Risma marah dan menjauhi sahabat-sahabatnya yang lain, hingga pada akhirnya tiga sahabatnya datang meminta maaf dan akhirnya permintaan maaf mereka diterima oleh Risma, begitu pun dengan permintaan maaf Uras. Dan akhirnya setelah kejadian ini persahabatan mereka menjadi lebih kuat dan harmonis.
·         Setting:
Ø  Tempat: Kelas dan kantin.
Ø  Suasana: gembira, kecewa, tegang dan mengharukan.
Ø  Waktu: pagi hari, siang hari dan jam istirahat sekolah.

3.      Pengembangan kerangka/ cerita:
“Persahabatan Yang Tulus”
Pagi itu terlihat seperti hari-hari biasanya, sembilan orang sahabat yang selalu bersama. Mereka selalu bergembira dan tertawa bersama. Yah, mereka adalah Damu, Isni, Nunah, Nirah, Siwa, Uras, Asmi, Risma dan Numu, yang sekarang telah duduk dibangku SMA kelas XII, yang tidak lama lagi akan meninggalkan sekolah mereka tercinta yakni, SMAN 1 Pinrang.
Pagi-pagi sekali mereka sudah terlihat stand by di bangku mereka, dengan kabar-kabar yang mereka bawa dari rumah masing-masing, yang siap mereka ceritakan dengan satu sama lainnya, yah.. itu adalah kebiasaan mereka di waktu hari-hari free sekolah, bercerita dan bercengkrama bersama.
 “Pagi... people “, sapa Asmi kepada delapan sahabatnya dengan wajah riang.
“Pagi juga, ada berita apa sih, sepertinya kamu bahagia sekali hari ini ?” tanya Nunah.
“Iyalah ...siapa sih yang nggak bahagia punya hp baru“, kata Asmi denagan sombongnya.
“Gitu aja kok.. sombong “.  Sahut Uras
Memang begitulah cara mereka bersahabat penuh dengan perbedaan pendapat,  konflik dan, tidak jarang mereka saling bertengkar. Namun, itulah persahabatan, walaupun sering ada perbedaan pendapat tetapi persahabatan mereka tetap bisa bertahan. Walaupun demikian ternyata ada saja masalah yang menerpah mereka, seperti ketika Uras dan Risma berselisih paham.
Waktu itu bel istirahat sudah berbunyi, dan mereka bersiap-siap keluar kelas.  
“Risma, kamu jadi pergi nggak nanti sore?”
“Emangnya pergi ke mana?” tanya Risma.
“Yah ...biasa belajar kelompok“, Kata Uras.
”Bisa ...bisa... kenapa nggak, tetapi janji yah tidak akan nunda-nunda lagi? “pinta Risma
“Siap”,  suhut Uras dengan tegas.
Mereka pun keluar kelas dan menuju ke kantin, dan tak lama kemudian bel masuk berbunyi, Uras dan tiga sahabatnya yang lain sudah masuk ke kelas terlebih dahulu dan duduk di bangku mereka masing-masing, tetapi entah mengapa tiba-tiba Uras menarik tangan Risma dan membatalkan janji mereka tadi, untuk belajar kelompok.
“Hmm ... aku minta maaf yah sepertinyah belajar kelompok kita, nanti sore, nggak jadi deh..” Ucap Uras.
“loh .. kok nggak jadi sih, barusankan kamu udah janji tidak bakalan nunda-nunda lagi” jawab Risma dengan nada sedikit keras.
“Iya .. tapi aku lupa kalau aku punya janji dengan seseorang?” Kata Uras dengan wajah menyesal.
“ Memangnya dengan siapa sih, kok kelihatanya penting banget, sampai-sampai janji dengan sahabatnya sediri di batalin! “ jawab Risma dengan wajah kesal.
“Bukan gitu, tapi...“ tiba-tiba Riama dengan nada membentak, memotong ucapan Uras.
“Sudah deh belajar kelompoknya di batalin saja, toh kamu tidak peduli lagi sama kita-kita“.
 Risma akhirnya meninggalakan Uras dan kembali kebangkunya dengan wajah kesal. Tak lama kemudian bel pulang berbunyi, dan tidak seperti biasanya Risma pulang sendiri tanpa memperdulikan sahabat-sahabatnya yang lain, terutama Uras.
Keesokan harinya, ternyata Risma masih saja kesal kepada Uras, dan tidak ingin sama sekali berbicara dengan Uras, bahkan sahabat-sahabat yang lainnya punterkena imbasnya, Risma juga tidak ingin berbicara dengan mereka. Yah... maklum, mungkin dia masih marah dengan sahabat-sahabatnya yang keseringan membuat janji tetapi tidak di tepati, terutama Uras.
Tiga hari berlalu, tetapi Risma tetap saja masih belum mau berbicara dengan sahabat-sahabatnya. Untuk itu, Siwa, Numu, dan Isni mencoba meminta maaf kepada Risma mengenai kesalahan mereka, dan dengan usaha itu, ternyata cukup berhasil, Risma mulai cair dan mulai kembali berbicara dengan sahabat-sahabatnya yang lain. Namun, ternyata hal itu tidak berlaku untuk Uras, dia tetap tidak ingin bericara dengan sahabatnya itu, bahkan senyum pun tidak lagi terbentuk diwajahnya ketika berpapasan dengan Uras. Hingga akhirnya uras mulai jenuh dengan kondisi ini, dan tidak tahan lagi. Untuk itu, ia mencoba meminta maaf dan menjelaskan kepada Risma, tentang apa yang sebenarnya terjadi, sehingga ia membatalkan janji itu. Dengan rasa khawatir Uras memberanikan diri meminta maaf kepada Risma.
“Ris, aku.., sekali lagi minta maaf yah.. atas kesalahan yang telah aku lakukan”. Pinta Uras.
“Apaan sih.. toh kalau aku maafin diulang lagi”, jawab risma dengan tegas.
“Aku janji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi, dan untuk itu aku hanya ingin kamu tahu apa yang sebenarnya memaksaku membatalkan janji kita itu!”, kata Uras dengan penuh sesal.
“Memangnya masalah apa, sehingga kamu membatalkan janji itu?”, tanya Risma yang mulai cair.
“Sebenarnya, waktu itu aku mendapat telepon dari seseorang yang akan menolong ibuku, yang sedang terbaring lemas di rumah sakit, karena beberapa hari yang lalu ia baru saja mengalami kecelakaan, dan harus segera mendapat transfusi darah, dan pada saat itu hanya orang ini yang yang bisa menolong ibuku, untuk itu aku harus pergi dengannya ke rumah sakit, jadi dengan terpaksa aku membatalkan janji kita untuk belajar bersama!”
Tiba-tiba dengan penuh rasa bersalah air mata Risma bercucuran, mendengar pengakuan dari sahabatnya, Risma langsung memeluk sahabatnya itu, sembari berbalik meminta maaf atas sikapnya yang kurang sopan kepada Uras dan sahabat-sahabatnya yang lain selama beberapa hari belakangan ini. Mereka akhirnya saling meminta maaf dan berjanji tidak akan bertengkar lagi dengan satu sama lain hanya karena hal-hal sepele.
Mulai hari itu persahabatan mereka semakin kuat dan harmonis. Mereka terus menjalani hari-hari bersama, dan saling tolong menolong jika ada salah satu dari mereka yang terkena musibah atau di timpah masalah.
Dan mereka terus berharap mudah-mudahan persahabatan mereka, tidak hanya di putih abu-abu saja, melainkan dapat berlanjut hingga mereka dewasa, dan bahkan hingga menjadi tua nantinya.



5 komentar: